Atmosfer terisi partikel-partikel halus dari tiga
kelompok bahan yakni gas (udara kering dan uap air), cairan (butir-butir air
atau awan) dan aerosol (bahan padatan, ex. Debu). Bahan-bahan tersebut memiliki ukuran massa
yang berbeda dan tersebar pada berbagai ketinggian yang membentuk susunan yang
mirip pengendapan di atmosfer. Partikel
yang ringan berada di atas yang berat sehingga semakin mendekati permukaan bumi
kerapatan partikel di atmosfer meningkat.
Proses pendinginan dan pemanasan permukaan bumi
berubah menurut waktu dan tempat sehingga keadaan keadaan atmosfer pun akan
berubah secara demikian. Akibatnya,
tekanan dan kerapatan serta ketebalan lapisan atmosfer berbeda-beda antara
siang dan malam, musim dingin dan musim panas, di atas benua dan di atas lautan
serta antara daerah lintang tinggi dan lintang rendah.
Udara kering
Udara kering (gas tanpa air dan aerosol) mencakup 96%
dari volume atmosfer, yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok gas utama
yang meliputi 99,99 % volume udara kering dan sisanya 0,01 % berupa kelompok
gas penyerta. Sebagian dari gas penyerta
bersifat permanen karena tidak mudah mengurai.
Sebagian dari gas penyerta bersifat permanen karena mudah bereaksi
dengan gas lainnya.
Tabel 1. Komponen
normal udara kering
Kelompok
|
Nama
Gas
|
Lambang
Kimia
|
Konsentrasi
|
Berat
molekul
|
A.
Gas Utama
|
Nitrogen
|
N2
|
78,08 %
|
28,02
|
Oksigen
|
O2
|
20,94 %
|
32,00
|
|
Argon
|
Ar
|
0,93 %
|
39,88
|
|
Karbon
dioksida
|
CO2
|
0,03 %
(bervariasi)
|
44,00
|
|
B.
Gas Penyerta
|
||||
1.
Gas Permanen
|
Neon
|
Ne
|
18,00 ppm
|
20,18
|
Helium
|
He
|
5,20 ppm
|
4,06
|
|
Krypton
|
Kr
|
1,10 ppm
|
-
|
|
Xenon
|
Xe
|
0,086 ppm
|
-
|
|
Hydrogen
|
H2
|
0,52 ppm
|
2,02
|
|
Nitrous oksida
|
N2O
|
0,25 ppm
|
-
|
|
2.
Gas tidak
permanen (reaktif)
|
||||
Karbon
Monoksida
|
CO
|
0,1 ppm
|
-
|
|
Methane
|
CH4
|
1,4 ppm
|
-
|
|
Hydro carbon
|
HC
|
0,02 ppm
|
-
|
|
Nitric Oksida
|
NO
|
(0,2 – 2,0) x
10-3 ppm
|
-
|
|
Nitrogen
dioksida
|
NO2
|
(0,5 – 4,0) x
10-3 ppm
|
-
|
|
Amoniak
|
NH3
|
(6,0 – 20) x
10 -3 ppm
|
-
|
|
Sulfur
dioksida
|
SO2
|
(0,03 – 1,2) x
10-3 ppm
|
-
|
|
Ozone
|
O3
|
(0,0 – 05) ppm
|
48,00
|
Sumber : Straus & Meinwaring (1984)
Secara
umum atau sebagian besar gas atmosfer hanya mengalami percampuran secara
mekanik dan sangat jarang yang mengalami reaksi kimia. Perincian susunan bahan atmosfer dapat
dilihat pada tabel 1 di atas.
Uap Air
Kandungan
uap air di atmosfer mudah berubah menurut arah (horizontal & vertical)
maupun menurut waktu. Di daerah
subtropika atau daerah temperate kandungannya bervariasi dari 0 pada saat angin
kering bertiup hingga 3 % dari volume atmosfer pada saat angin laut bertiup
pada musim panas (summer). Di atas wilayah tropika kandungan uap air di
atmosfer merupakan nilai tertinggi di dunia yakni sekitar 4 % dari volume
atmosfer 3% dari massa atmofer.
Tabel 2.
Susunan 3 (tiga) macam gas utama pada berbagai kandungan uap air
Uap air
|
Nitrogen (N2)
|
Oksigen (O2)
|
Argon (Ar)
|
----------dalam
% volume atmosfer----------
|
|||
0
|
78,08
|
20,95
|
0,93
|
1
|
77,30
|
20,74
|
0,92
|
2
|
76,52
|
20,50
|
0,91
|
3
|
75,52
|
20,30
|
0,90
|
4
|
74,96
|
20,11
|
0,89
|
Adanya
uap air akan mengubah komposisi atmosfer.
Perubahan kandungan uap air (kelembaban udara) mudah terjadi. Kelembaban tinggi dapat mengurangi presentase
tiga macam gas utama lainnya (tabel 2).
Tabel
2. Terlihat besarnya pengaruh kadar uap air terhadap perubahan kadar gas
utama. Disamping itu, perubahan
kelembaban udara menimbulkan perubahan unsure-unsur cuaca lainnya, seperti
terbentuknya awan dan hujan.
Di
atmosfer, uap air terdapat pada lapisan troposfer yang merupakan lapisan
terbawah atmosfer. Lapisan ini mencakup
8 km di kutub dan 16 km di ekuator, atau rata-rata 12 km. Jumlah uap air selalu berubah karena
terjadinya penguapan dan kondensasi secara terus menerus. Sumber uap air utama adalah lautan. Hasil kondensasi berupa awan merupakan sumber
berbagai peristiwa seperti hujan, hujan es, salju dan badai dengan berbagai
macam akibatnya.
Aerosol
Berbagai
partikel halus dari bahan padat di bumi sebagian terangkat ke atmosfer dan
membentuk aerosol. Bahan tersebut
diantaranya adalah garam laut, debu, abu, asap dan mikro organism (virus,
bakteri, spora). Komposisi normal
aerosol di atmosfer terdiri dari :
Ø Debu :
20 % (terutama daerah kering)
Ø Kristal garam :
40 % (pecahan ombak lautan)
Ø Abu :
10 % (dari gunung berapi, pembakaran)
Ø Asap :
5 % (dari cerobong pabrik, pembakaran)
Ø Lain-lain :
25 % (mikro organisme)
Ketinggian jelajah aerosol dan periode keberadaanya di
atmosfer tergantung pada massanya, pemanasan dan pendinginan di permukaan bumi
serta angin.
Struktur Lapisan Atmosfer
Sebagian
besar bahan pengisi atmosfer adalah gas yang mudah mampat dan mengembang. Medan gravitasi bumi cenderung menarik
seluruh bahan atmosfer ke permukaan bumi.
Akibatnya, kerapatan partikel atmosfer meningkat dengan makin
berkurangnya ketinggian. Massa dan
tekanannya pun meningkat semakin dekat dengan permukaan bumi. Karena bagian terbesar bahan pengisi atmosfer
berada di bagian bawah, maka perubahan massa atmosfer terhadap ketinggian pada
bagian bawah relative cepat. Atmosfer
setinggi 5,5 – 5,6 km telah mencakup 50% dari massa total dan pada ketinggian
40 km telah tercakup 99,99%.
Batas
bawah atmosfer relative mudah ditentukan berdasarkan ketinggian dari permukaan
laut. Sedangkan puncaknya sulit
diketahui karena disamping besarnya keragaman ukuran dan massa partikel,
terdapat pula keragaman suhu permukaan bumi dan kekuatan angin yang
mempengaruhi pengangkutan bahan.
Pelapisan
atmosfer juga dapat digambarkan dengan perubahan tekanan udara pada berbagai
ketinggian, dinyatakan dalam persen (%) terhadap tekanan udara normal di
permukaan bumi.
Tabel
perubahan tekanan udara terhadap ketinggian dinyatakan dengan persentase
tekanan udara normal pada permukaan laut.
Ketinggian (km
dpl)
|
Tekanan udara
(%)
|
0
|
100
|
5,6
|
50
|
16,2
|
10
|
31,2
|
1
|
48,1
|
0,10
|
65,1
|
0,01
|
79,2
|
0,001
|
100
|
0,00003
|
Sumber : Tarbuck dan Lulgens (1979)
Perubahan
suhu udara di atmosfer secara vertical (menurut ketinggian) berbeda-beda yang
dapat dikelompokkan tiga hal. Perubahan
suhu (dT) terhadap ketinggian (dz) dinyatakan oleh dT/dz.
Ø dT/dz > 0 suhu naik, dengan bertambahnya
ketinggian. Hal ini disebut Inversi suhu
Ø dT/dz = 0 suhu tetap walaupun ketinggian berubah. Hal ini disebut isoternal
Ø dT/dz < 0 suhu udara turun dengan bertambahnya
ketinggian disebut lapse rate.
Sedangkan
berdasarkan sifat perubahan suhu menurut ketinggian dari bawah ke atas,
terdapat empat lapisan utama atmosfer sebagai berikut :
a.
Troposfer
dengan puncaknya tropopause
b.
Stratofer
dengan puncaknya stratopause
c.
Mesosfer
dengan puncaknya mesopause
d.
Termosfer.
a.
Troposfer
Beberapa ciri khas dari lapisan bawah atmosfer ini
diantaranya adalah :
1.
Terdapat
pada ketinggian mulai dari permukaan laut hingga ketinggian 8 km di daerah
kutub dan 16 km di ekuator. Rata-rata
ketinggian puncak troposfer seluruh dunia adalah 12 km
2.
Satu-satunya
lapisan atmosfer yang mengandung air (air, uap, maupun es) dan berlangsung
evaporasi dan kondensasi
3.
Ruang
terjadinya sirkulasi dan turbulensi seluruh bahan atmosfer sehingga menjadi
satu-satunya lapisan yang mengalami pembentukan dan perubahan cuaca seperti
angin, awan, prepitasi, badai, kilat dan Guntur
4.
Kecepatan
angin bertambah dengan naiknya ketinggian dan di troposfer ini pemindahan
energy berlangsung. Radiasi surya
menyebabkan pemanasan permukaan bumi yang selanjutnya panas tersebut diserap
oleh air untuk berubah menjadi uap. Oleh
proses evaporasi, energy panas diangkat oleh uap ke lapisan atas yang lebih
tinggi berupa panas laten. Setelah
terjadi pendinginan akhirnya berlangsung proses kondensasi, uap air berubah
menjadi titik-titik air pembentuk awan, sedangkan panas latennya dilepas
memasuki atmosfer dan menaikkan suhunya
5.
Pada
lapisan ini suhu udara turun dengan bertambahnya ketinggian (dT/dz < 0) atau
pada keadaan lapse rate. Rata-rata lapse
rate seluruh dunia pada keadaan normal adalah -6,5 K setiap kenaikan
ketinggian 1 km
6.
Pada
atmosfer normal, suhu troposfer berubah dari 150 C pada permukaan
laut menjadi – 60 oC di puncak troposfer. Tekanan dan kerapatan udara di permukaan laut
masing-masing adalah 1013,2 mb dan 1,23 kg m-3.
Gejala lapse
rate berhenti pada ketinggian 8 km di atas kutub dan sekitar 16 km di atas
ekuator. Ketinggian tersebut disebut tropopause, yakni lapisan ketinggian
atmosfer dengan dT/dz = 0. Pada lapisan
ini turbulensi udara tidak terjadi.
b.
Stratosfer
Beberapa ciri khas lapisan ini adalah sebagai berikut
:
1.
Lapisan
ini merupakan lapisan kedua dari bawah setelah troposfer
2.
Kisaran
ketinggiannya antara 12 – 50 km di atas permukaan laut
3.
Terdiri
dari 3 wilayah yaitu :
·
Stratosfer bawah ketinggiannya 12 – 20 km daerah isotermis
·
Stratosfer tengah ketinggiannya 20 – 25 km daerah inverse suhu
·
Stratosfer atas ketinggiannya 30 – 50 km daerah inverse suhu yang
kuat.
4.
Lapisan
ini tidak mengalami turbulensi maupun sirkulasi
5.
Stratosfer
merupakan lapisan atmosfer utama yang mengandung gas ozon.
Kadar ozon di atmosfer sangat kecil yakni hanya 6 x 10-7
volume total atmosfer tetapi perantaranya sangat besar untuk melindungi bumi
dari radiasi ultra violet yang berlebihan.
Radiasi ultra violet (uv) yang tinggi berbahaya bagi makhluk
hidup, misalnya dapat menyebabkan kanker kulit pada manusia. Gas ozon tersebar dalam wilayah ketinggian 12
– 50 km. Sifatnya labil, mudah terurai
kembali secara mekanis melalui tumbukan dengan partikel lainnya, maupun terurai
melalui reaksi fotokimia oleh radiasi uv
yang mempunyai kerapatan fluks yang tinggi.
Proses pembentukan dan pengurainya mencapai kesetimbangan hingga
membentuk lapisan ozon. Prosesnya
sebagai berikut :
1.
Penguraian
molekul O2 menjadi O
Pada
ketinggian 80 – 100 km karapatan molekul gas telah sangat rendah sehingga
radiasi uv masih sangat instensif. Oksigen (O2) menyerap radiasi
berenergi tinggi pada spectrum uv,
dan akan mengalami penguraian menjadi 2 (dua) atom O.
O2 à O + O
Sebagian atom O
hasil penguraian turun ke lapisan yang lebih rendah hingga ketinggian 30 – 60
km, berada bersama-sama molekul O2 dan O3
2.
Pembentukan
ozon
Pada
lapisan stratosfer berlangsung proses pembentukan dan penguraian ozon sebagai
berikut :
O2
+ O + M à O3 + M
M
adalah factor kesetimbangan dan momentum.
Sebagian O3 yang terbentuk bertumbukan dengan atom O dan
membentuk dua molekul O2 sebagai berikut :
O3
+ O + M à O2 + O2 + M
Sebagian
O3 lainnya memperoleh radiasi uv
secara berlebihan sehingga mengurai kembali menjadi O3 à O2 + O
3.
Pengendapan
ozon di atmosfer
Neraca
pembentukan dan penguraian ozon di lapisan stratosfer hasilnya masih positif,
yakni O3 yang terbentuk masih jauh lebih banyak daripada yang
terurai kembali. Gas O3 neto
yang terbentuk selanjutnya mengendap ke lapisan yang lebih rendah pada
ketinggian antara 15 – 35 km. Garis
kesetimbangan antara pembentukan dan penguraian ozon berada pada ketinggian 40
km.
Konsentrasi gas O3 tertinggi berada antara
ketinggian 20 – 30 km yang disebut lapisan ozonosfer. Titik puncak konsentrasi gas tersebut adalah
0,2 ppm pada ketinggian 22,5 km. Molekul
O3 ini sulit menembus lapisan yang lebih rendah tanpa mengalami
penguraian, karena kerapatan molekulnya terlalu tinggi. Demikian pula sulit untuk naik ke lapisan
yang lebih tinggi tanpa mengurai karena tingginya radiasi uv.
Pada kadar alamiah yang utuh (tidak terganggu) volume
gas ozon di atmosfer akan mantap dan lestari pada kadar optimumnya. Proses penguraian dan pembentukan serta kadar
cadangan gas ozon di atmosfer berfungsi sebagai pelindung bumi dari radiasi uv yang berlebihan. Penggunaan bahan-bahan berpartikel halus dan
ringan misalnya Chloro Fluoro Carbon (CFC11,CFC12)
serta NOx yang dapat mencapai lapisan ozonosfer dapat
mengakibatkan gangguan terhadap kesetimbangan neraca tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan konsentrasi O3
di atmosfer akan berkurang sehingga daya serap atmosfer terhadap radiasi uv di permukaan bumi. Hal tersebut dapat menyebabkan malapetaka
bagi kehidupan makhluk hidup.
Betapa tipisnya ozon di atmosfer yang seandainya dapat
dimampatkan maka tebal tipisan ozonosfer hanya sekitar 2 – 3 mm. Walaupun demikian terjadinya proses
pembentukan dan penguraian O3 ternyata menyebabkan terjadinya proses
sirkulasi udara pada lapisan atmosfer tinggi.
Demikian pula sebagian besar radiasi uv
akan diintersepsi, sehingga yang diteruskan ke lapisan bawah menjadi
berkurang. Tanpa penyerapan oleh ozon
kekuatan radiasi surya yang mencapai permukaan bumi akan meningkat hingga 50 x
lipat. Penyerapan spectrum uv oleh ozon pada ketinggian 15 sampai
35 km menyebabkan lapisan tersebut menjadi lebih hangat.
Kadar ozon di atmosfer berubah menurut waktu dan
tempat. Perbedaan antara lintang serta
perubahan antar bulan dari kadar ozon di belahan bumi utara. Konsentrasi ozon tertinggi terletak di daerah
kutub utara dan pada musim dingin (winter)
antara bulan Februari – Maret, yakni 450 x 10-3 cm atau lebih. Beberapa kesimpulan lainnya adalah :
1.
Semakin
menjauhi kutub utara, kadar ozon berkurang
2.
Kadar
ozon tertinggi di ekuator pada bulan Juni saat matahari berada di sekitar
kedudukan deklinasi maksimum utara (23,5 oLU). Konsentrasi ozon pada periode tersebut 240 x
10-3 cm atau berkisar 53 % kadar ozon maksimum di kutub utara
3.
Semakin
mendekat musim dingin kadar ozon meningkat.
c.
Mesosfer
Lapisan
atsmosfer ketiga dari bawah memiliki beberapa ciri khas sebagai berikut :
1.
Ketinggian
50 – 80 km
2.
Perubahan
suhu terhadap ketinggian (dT/dz) adalah lapse
rate
3.
Suhu
udara sekitar -5o C pada dasar lapisan hingga – 95 oC
pada puncaknya
4.
Tidak
mengalami turbulensi/sirkulasi udara
5.
Merupakan
daerah penguraian O2 menjadi atom O
6.
Batas
atasnya adalah lapisan mesopause dengan perubahan suhu terhadap ketinggian
mulai bersipat isothermal.
d.
Termosfer
Lapisan
teratas atmosfer ini ditandai oleh beberapa ciri sebagai berikut :
1.
Ketinggian
lapisan mulai sekitar 80 km hingga batas
yang sulit ditentukan karena sangat jarangnya partikel gas yang mencapai
lapisan. Sebagian ilmuwan menyatakan
puncaknya mencapai 100 km tetapi ada yang menyatakan 250 km
2.
Lapisan
ini terisi molekul dan atom N2, O2, N dan O
3.
Sifat
perubahan suhu terhadap ketinggian adalah inverse
suhu
4.
Kisaran
suhu dari – 95 oC pada 80 km hingga – 50 oC pada
ketinggian 100 km, dan -38 oC pada ketinggian 110 km
5.
Lapisan
tempat berlangsungnya proses ionisasi gas N2 dan O2,
sehingga lapisan termosfer sering disebut lapisan ionosfer. Di atas ketinggian
100 km, pengaruh radiasi uv dan sinar
X makin kuat.
Pustaka : Handoko. 1993. Klimatologi Dasar (Landasan pemahaman fisika
atmosfer dan unsur-unsur iklim. PT Dunia Pustaka Jaya ; Jakarta.
No comments:
Post a Comment